E8lLixHRDGb1xRnfaGQAOqap3MrzuUX2KzUNPsqv
Bookmark

Wapres Ma’ruf Amin: Peran Keluarga Kunci Turunkan Angka Stunting

Oleh Nayla Nazwa Sitorus
Mantan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin menegaskan pentingnya peran keluarga dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia. Hal ini disampaikannya dalam peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 yang digelar di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020, dari total 149 juta kasus stunting di dunia, sebanyak 6,3 juta di antaranya terjadi di Indonesia. Saat ini, prevalensi stunting di Tanah Air mencapai 21,6%, dengan target penurunan menjadi 14% pada tahun 2024.

Sebagai seorang mahasiswa, saya melihat bahwa peran keluarga dalam penurunan angka stunting di Indonesia sangatlah krusial. Stunting bukan hanya masalah kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) kita di masa depan. Keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat, memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan tumbuh kembang anak berjalan dengan baik, mulai dari pemenuhan gizi yang cukup hingga lingkungan yang mendukung perkembangan mental dan fisik anak.

Selaku mahasiswa, memandang pernyataan Mantan Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengenai peran keluarga dalam menurunkan angka stunting sebagai hal yang sangat tepat dan relevan. Di tengah gencarnya pembangunan fisik dan ekonomi, kita tidak boleh melupakan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas merupakan pondasi utama bagi kemajuan bangsa. Dan kualitas manusia Indonesia sangat ditentukan sejak masa kanak-kanak, bahkan sejak dalam kandungan.

“Stunting bukan sekadar masalah fisik. Ini juga berdampak besar terhadap kecerdasan dan kualitas hidup anak dalam jangka panjang,” ujar Wapres.

Ia menekankan bahwa keluarga merupakan garda terdepan dalam pencegahan stunting. Oleh karena itu, keluarga diharapkan dapat memprioritaskan pemenuhan gizi anak, memberikan pengasuhan yang layak, serta menjaga kebersihan lingkungan.

Lebih lanjut, Wapres mendorong pemanfaatan potensi pangan lokal, pencegahan pernikahan anak, serta optimalisasi layanan posyandu dan puskesmas. Ia juga mengajak seluruh keluarga untuk terus memperkaya pengetahuan mengenai gizi dan pola asuh anak melalui berbagai kanal informasi.

Peringatan Harganas ke-30 tahun ini mengusung tema “Menuju Keluarga Bebas Stunting untuk Indonesia Maju.” Kabupaten Banyuasin dipilih sebagai tuan rumah karena keberhasilannya menurunkan angka stunting dari 24% menjadi 18,6%.

Mengakhiri pidatonya, Wapres mengutip pernyataan Bung Karno: “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,” sambil menegaskan bahwa generasi unggul hanya bisa lahir dari keluarga yang kuat.

Pendapat saya Nayla Nazwa Sitorus sebagai mahasiswa merasa bahwa pendidikan tentang pentingnya pola hidup sehat, gizi yang baik, dan dampak jangka panjang stunting harus lebih diperkenalkan di kampus-kampus. Kami, generasi muda, harus menjadi agen perubahan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Terlebih lagi, dengan menggunakan teknologi dan media sosial yang ada, pengetahuan tentang stunting bisa lebih mudah tersebar luas dan diterima oleh masyarakat.

Jadi menurut saya Nayla Nazwa Sitorus selaku mahasiswa dan agen perubahan, kita harus memiliki tanggung jawab moral untuk turut berkontribusi. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, riset-riset kampus, hingga kampanye di media sosial, kita bisa ikut menyuarakan pentingnya gizi, pola asuh yang tepat, dan peran aktif masyarakat dalam mengatasi stunting.

Jika kita ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, maka perjuangan itu harus dimulai dari sekarang—dari keluarga, dan dari generasi muda yang peduli. Mari jadikan keluarga sebagai benteng pertama sekaligus jembatan menuju Indonesia yang sehat, cerdas, dan tangguh
0

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda Mengenai Berita Ini!!