Ibadah dimulai pukul 10.00 WIB, terlihat jemaat memenuhi ruangan hingga ke luar gedung gereja. Dalam momen perenungan ini, umat diajak untuk memahami makna pengorbanan Yesus sebagai wujud kasih yang tak terhingga kepada manusia.
Pemberitaan Firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Tumpal P Simbolon, S.Th. Dalam khotbahnya, beliau menegaskan bahwa peringatan Jumat Agung menjadi pengingat tentang penderitaan Yesus yang rela disalib demi menebus dosa umat manusia.
“Salib bukan tanda kekalahan, tapi simbol kasih dan kemenangan sejati. Jeritan Yesus di salib — Eloi, Eloi, lama sabakhtani? — menunjukkan betapa berat beban dosa manusia yang Ia tanggung. Melalui pengorbanan-Nya, jalan menuju Allah terbuka bagi siapa saja yang percaya,” tutur Pdt. Tumpal dengan suara penuh penghayatan.
Usai pemberitaan Firman Tuhan, acara dilanjutkan dengan doa syafaat yang dipimpin St. T br Marbun. Tak berhenti di situ, suasana kebersamaan makin terasa saat jemaat menggelar makan bersama di halaman gereja, sebelum kembali melanjutkan ibadah pada pukul 14.00 WIB.
Kebaktian sore tersebut merupakan bagian penting dari rangkaian Jumat Agung, yang juga dikenal sebagai Ibadah Peringatan Sengsara Kristus. Ibadah ini menjadi simbol mengenang waktu wafatnya Yesus di kayu salib — sebuah peristiwa bersejarah yang diyakini terjadi sekitar pukul 3 sore waktu Israel.
Sepanjang rangkaian ibadah, jemaat terlihat larut dalam suasana hening dan penuh perenungan. Momen ini menjadi pengingat mendalam bagi umat akan makna pengorbanan dan kasih Yesus yang rela menyerahkan diri demi keselamatan manusia.
“Jumat Agung bukan hanya seremoni, tapi momen untuk merenung, bertobat, dan mensyukuri kasih Allah yang begitu besar,” pungkas Pdt. Tumpal.
Dengan penuh kekhidmatan, ibadah ditutup dalam suasana tenang, sebagai bentuk penghormatan atas kasih dan pengorbanan Sang Juru Selamat.(JO).
Posting Komentar